Kamis, 05 Juli 2012

CIREBON GERBANG RAHASIA DUNIA


(Membangkitkan Kejayaan Nusantara)
Oleh: Ibnu Malik, S.Pd.I.
Peristiwa besar telah dialami bangsa Eropa. Saat itu, bangsa Benua Biru telah kehilangan jati diri dan kejayaannya. Bangsa yang dahulu penuh dengan kegemilangan ilmu pengetahuan, pemikiran, gagasan, dan ide-ide fantastis tiba-tiba menjadi redup karena kejenuhan berfikir yang dipengaruhi oleh kebijakan gereja pada saat itu.
Berbagai macam tradisi dan khasanah ilmu pengetahuan terpendam tanpa ada yang mengkajinya. Sebagaimana kita ketahui banyak filsuf  berada di Eropa seperti tokoh utama filsafat Barat, antara lain  Aristoteles, Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Kebesaran dan keluhuran ilmu dari tokoh-tokoh tersebut  terpendam sia-sia karena masyarakat Eropa saat itu tidak mempedulikannya lagi. Seiring dengan perkembangan zaman dan masuknya pengaruh Islam dari Timur Tengah, bangsa Eropa mulai menyadari betapa terbelakangnya mereka. Mereka mulai merenungi keadaannya dan mencari tahu apa penyebabnya.
Akhirnya mereka menemukan solusi untuk memecahkan masalah kemanusiaan yang sedang dialami tersebut. Sampai didapat kesimpulan bahwa mereka harus kembali kepada kecemerlangan masa lampau. Istilah untuk ini dinakaman Renaisance. Faktanya, pada masa lampau Bangsa Eropa adalah bangsa yang besar dan punya intelektualitas yang tinggi. Sehingga, jika Eropa ingin mencapai masa cemerlang, maka sudah selayaknya mereka belajar kepada kejayaan masa  lampau.
Zaman Renaisans adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance, bahasa Perancis) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M. Pada masa ini Bangsa Eropa mulai mengkaji kebudayaan dan khasanah keilmuan yang merupakan warisan masa lampau, dengan harapan dapat mengulang kembali kejayannya. Sampai akhirnya kejayaan Bangsa Eropa mereka raih kembali. Ini ditandai dengan munculnya revolusi industri di Inggris dan revolusi Perancis. Peristiwa ini pula yang menjadi salah satu catatan sejarah dunia.
Sama halnya dengan apa yang terjadi di tanah melayu sekarang ini, khususnya Nusantara. Negara Malaysia mulai merasa kehilangan kebudayaan dan jati diri bangsanya. Sebagai akibat dari globalisasi dan posisi Malaysia sebagai Negara Persemakmuran Inggris. Pantaslah  jika Pemerintah Malaysia memprediksi bahwa 50 tahun ke depan Negara Malaysia tidak akan ada lagi di muka Bumi, yang ada hanyalah sebuah daerah yang dihuni oleh penduduk dengan ras-ras campuran dari Melayu, India, Cina, Ainu, dan lain sebagainya.
Walaupun nama Negara Malaysia ada, tetapi kebudayaan yang asli dari Malaysia sebagai bangsa Melayu, sudah tidak dapat kita jumpai lagi. Bahkan kalau pun ada sangat sedikit jumlahnya. Masyarakatnya yang heterogen juga menjadi penyebab hilangnya ciri khas bangsa Malaysia sebagai orang Melayu.
Oleh karena itu, pemerintah Malaysia mulai tanggap tentang masalah ini. Mereka mulai berusaha untuk mencari sisa-sisa kebudayaan yang masih ada. Namun apalah daya, Negara Malaysia yang lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia wilayah dan jumlah kebudayaannya, tidak mampu lagi membangkitkan kebudayaan masa lampaunya.
Maka, munculah ide untuk mencari beberapa kebudayaan yang belum tergali di Negara tetangganya yaitu antara lain Indonesia. Ini dilakukan sebagai upaya mencari kebudayaan dan menghidupkannya kembali budaya melayau.
Indonesia sebagai Negara tetangga Malaysia, menjadi target utama dalam pencarian kebudayaan melayu. Bangsa yang serumpun biasanya mempunyai kemiripan dalam hal kebudayaan. Maka, sudah barang tentu Malaysia akan mencari sisa-sisa data kebudayaan melayu ke Indonesia.
Sebagai tindakan ril, mereka mulai menghampiri salah satu pulau terluar Indonesia di dekat Pulau Sumatra yang dinamai Pulau Penyengat. Pulau tersebut merupakan pulau dengan jumlah naskah kuno terbanyak se-Indonesia. Berbagai macam tulisan dan peninggalan bersejarah ada di sana. Sehingga sangat menarik perhatian Malaysia untuk menguasainya. Ini juga karena letak Pulau Penyengat yang sangat dekat dengan Malaysia.
Sebagian besar naskah yang ada di sana adalah peninggalan masa lampau yang bernuansa melayu. Dalam naskah-naskah  tersebut banyak informasi dan khasanah keilmuan yang bermanfaat untuk pembangkitan kembali budaya melayu. Maka tidak aneh ketika reog, angklung, batik, dan beberapa kebudayaan Indonesia lainnya telah diklaim sebagai kebudayaan mereka karena Malaysia telah mempelajarinya dari beberapa naskah yang didapatnya. Setelah mempelajari dan mengkaji naskah-naskah kuno tersebut, Malaysia meminta warga Negara Indonesia untuk membantu dalam pengkajiannya, karena  bahasa yang digunakan ada juga yanag tidak berbahasa melayu.
Selain pulau penyengat, Malaysia juga mulai memburu naskah-naskah kuno berbagai daerah di Indonesia antara lain Kota Cirebon. Cirebon adalah Kota Wali yang sudah terkenal kemasyhurannya. Suatu hari Bapak drh. H. Bambang Irianto, salah seorang pengumpul dan pengkaji naskah-naskah kuno Cirebon kedatangan profesor dari salah satu perguruan tinggi terkemuka di Malaysia. Beliau diajak untuk bekerjasama dalam pengkajian dan penggalian khasanah keilmuan dari naskah-naskah kuno Cirebon. Namun beliau menolak karena melihat pengalaman sebelumnya, Malaysia telah mencuri dan mengklaim beberapa kebudayaan Indonesia. Kemudian untuk jangka panjangnya, beliau juga berharap masih ada putera-puteri bangsa yang bersedia untuk menggali dan mengkaji khasanah ilmu Cirebon agar tidak terpendam sia-sia atau bahkan dicuri oleh bangsa lain.
Padahal,  tawaran professor tersebut sangat menggiurkan. Malaysia berani menghargai satu naskah kuno dengan harga minimal Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah). Untuk orang awam mungkin itu jumlah yang sangat besar. Akan tetapi apabila dibandingkan dengan nilai kebudayaan  dan keilmuan itu tidak ada apa-apanya.
Selain Malaysia, Pak Bambang juga sempat kedatangan salah satu Profesor of Music dari Australia. Beliau diajak untuk bekerja di Australia dengan gaji yang besar tentunya. Namun Pak Bambang lagi-lagi menolak ajakan tersebut karena sangat cinta dengan kebudayaan Cirebon. Dapat diprediksi, ajakan tersebut adalah bagian dari misi perampasan kebudayaan.
Di sela obrolannya dengan Profesor Australia tersebut, Pak Bambang menanyakan tujuannya datang ke Cirebon. Profesor tersebut menjawab dengan singkat, bahwa “Cirebon Is Gate of Secret” yang artinya Cirebon adalah Gerbang Rahasia.
Sebagaimana kita tahu bahwa penduduk asli Australia adalah Suku Aborigin dan bangsa yang berkulit putih adalah keturunan pendatang dari Eropa. Saat perpindahan Bangsa Eropa ke Australia, tentu mereka singgah di Nusantara dan tepatnya di Cirebon sebagai pelabuhan yang sangat ramai pada saat itu. Bangsa Eropa melihat bahwa Cirebon telah ramai jauh sebelum orang Eropa datang ke Australia. Mereka tahu bahwa Cirebon telah maju sebelum Australia menjadi Negara modern saat ini.
Cirebon sebagai Kota Wali yang bersejarah, tentu banyak menyimpan rahasia yang belum tergali. Siapa sangka, bahwa batik terindah di dunia adalah berasal dari Cirebon, namun sayang batik tersebut berada di Tokyo Jepang. Kemudian bendera Negara Cirebon (Caruban Nagari) yang asli berada di Roterdam Belanda dan kalau pun ada di Indonesia hanyalah tiruan. Selain itu, ada orang Selandia Baru yang mempunya 15 buah kaset yang berisi musik Gamelan Renteng asli Cirebon, namun sangat disayangkan sampai sekarang belum ada orang Cirebon yang mampu memainkan alat music tersebut.
Sudah saatnya sebagai bangsa yang berbudi luhur, kita mulai berbenah diri. Mari kita lihat, bahwa ada 1 bahasa ibu (bahasa daerah) hilang dalam setahun. Sudah sangat jarang putera dan puteri kita menyanyikan lagu-lagu daerah. Sudah banyak budaya, lagu, pakaian adat, dan alat musik yang diklaim oleh bangsa lain. Ini semua tidak terlepas dari globalisasi yang sebenarnya tidak diinginkan oleh bangsa manapun di dunia.
Sebagaimana yang disampaikan oleh professor dari Australia di atas, bahwa Cirebon adalah gerbangnya rahasia. Maka, ada banyak hal dari Cirebon yang berpengaruh kepada kebudayaan dunia dan belum terungkap. Sebagai bukti, Cina sebagai Negara besar dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia, pernah menjalin hubungan kekeluargaan dengan Cirebon. Puteri salah satu dinastinya yaitu Puteri Ong Tien dinikahkan dengan Sunan Gunung Jati dengan tujuan agar hubungan dan kerjasama antara kedua Negara semakin erat.
Renaisance yang terjadi di Eropa ratusan tahun yang lampau, bisa menjadi inspirasi bagi kita. Indonesia bisa melahirkan kembali kejayaan yang pernah dialami pada masa lampau. Sebagaimana kita tahu bahwa Indonesia pernah menguasai Nusantara bahkan sampai ke Madagaskar pada masa kerajaan Majapahit, kemudian Indonesia menjadi inspirasi pembebasan hak asasi manusia di Afrika Selatan melalui Syekh Yusuf al Makassari.
Dalam hal keilmuan, Indonesia mempunyai banyak catatan kuno yang tersebar di beberapa daerah. Dalam naskah-naskah tersebut, banyak terpendam ilmu pengetahuan yang pernah menjadikan Indonesia pada zaman dahulu mencapai puncak kejayaan. Tulisan-tulisan Syekh Sunan Gunung Jati, Syekh Siti Jenar, dan beberapa tokoh di Nusantara ini masih banyak yang belum terungkap. Jika kita mau dan peduli dengan khasanah keilmuan yang ada dalam naskah kuno, maka sudah saatnya melaksanakan pengkajian dan pemeliharaan sisa-sisa catatan sejarah nenek moyang kita. Dengan ini maka kejayaan Nusantara masa lampau kita raih kembali sebagaimana Bangsa Eropa meraih kejayaannya.
Mari kita mulai sedikit demi sedikit membuka ilmu pengetahuan dari para pendahulu kita. Dengan niatan untuk menjaga kelestarian dan sekaligus membangkitkan kembali kejayaan Indonesia yang pernah kita miliki. Ini bisa kita awali dengan membuka kembali naskah-naskah kuno sebagai arsip sejarah dan budaya. Kita dapat mengambil informasi yang sangat penting dari sana melalui pengkajian secara serius. Sudah saatnya Renaisance Nusantara kita mulai. Jangan sampai didahului oleh Malaysia, dan Negara-negara serumpun lainnya.