Minggu, 03 Juni 2012

Senjata Pemusnah Masal Cirebon


 

    
Kayanya Indonesia tidak terlepas dari kekayaan budayanya. Indonesia yang luas tidak sebanding dengan luasnya khasanah budaya yang ada di dalamnya. Jangankan Budaya Indonesia, baru menjajaki budaya di salah satu kota kecil di Jawa Barat saja saya sudah kewalahan. Cirebon, itulah kota yang sarat akan nilai budaya, sejarah, makna, dan ilmu. 
         Tanggal 3 juni 2012, saya menyempatkan diri untuk silaturahmi ke rumah salah satu budayawan asli Cirebon. Drh. H. Bambang Irianto, itulah namanya. Salah satu keturunan keraton ini pernah kuliah di fakultas kedokteran hewan di Yogyakarta. Namun seiring dengan waktu dan karena pengaruh lingkungan, beliau terarahkan untuk menekuni budaya-budaya dan khasanah keilmuan Islam khususnya yang ada di Cirebon.
Pada hari tersebut saya berkesempatan untuk ikut menemani beliau menemui salah seorang penggemar keris. Kebetulan orang tersebut berniat untuk menjual keris koleksinya. Karena Pak Bambang paham juga tentang "perkerisan", maka dipanggilah ia untuk melihat dan meneliti dahulu sebelum dijual.
         Dalam pertemuan tersebut, kami menjumpai pemilik keris sekaligus 20 buah koleksinya. Subhanallah, keris yang saya jumpai ternyata lebih dari satu jenis keris. Ada yang asli Cirebon dan ada yang dari luar Cirebon. Dari ke-20 keris yang ada, 3 buah diantaranya bermotif tengkorak. Ini menandakan bahwa keris tersebut mengandung kekuatan yang dapat membuat orang yang ditunjuk oleh keris tersebut bisa sampai muntah dan pusing-pusing. Sangat cocok digunakan untuk melawan musuh. 
         Selain motif tengkorak, ada juga yang bermotif belalai gajah. Motif ini menandakan keris tersebut dapat digunakan untuk membungkam orang. Sesuai dengan namanya keris bungkem. Jika dibawa ketika berdebat, maka kemungkinan besar akan menang karena lawan bicara tidak akan bisa membantah. 
         Dari kesemua keris yang ditunjukkan belum ada data rinci tentang asal, tipe, waktu pembuatan atau masa penggunaannya. Namun dengan keahlian yang dimiliki Pak Bambang, ada beberapa keris yang dapat teridentifikasi dan beberapa diantaranya asli dari Cirebon. Sebagian yang lainnya berasal dari luar Cirebon.
         Ketika Pak Bambang memaparkan tentang profil dan makna simbol salah satu keris yang berasal dari Cirebon, saya merasa penasaran dan mengajukan beberapa pertanyaan. Namun semakin banyak pertanyaan, semakin luas pula informasi yang harus saya gali. Saking luasnya khasanah budaya dan ilmu yang ada pada sebuah keris, sampai saya tidak dapat mengingat semua ucapan beliau. 
        Akhirnya, saya diberi kesempatan untuk melakukan studi lebih lanjut di rumahnya. Kesempatan yang sangat langka, karena saya dipersilahkan untuk melihat dan mengetik ulang salah satu kitab kuno tentang keris miliknya. Kitab tersebut berbahasa sunda dan kebetulan saya sebagai orang sunda, Pak Bambang memberi kesempatan kepada saya untuk mempelajari kitab tersebut. 
         Kitab tersebut adalah tulisan salah satu keluarganya 3 generasi sebelum Pak Bambang. Ukurannya tidak terlalu tebal, namun karena mempunyai nilai-nilai khusus maka perlu ada orang khusus juga jika ingin membukanya. Jika kitab tersebut dibuka dari arah depan, maka akan terasa panas dingin. Namun berbeda jika dibuka dari arah belakang, akan terasa biasa saja. Hal ini dialami oleh salah satu mahasiswa S2 IAIN SNJ Cirebon yang pernah mencobanya namun tidak berhasil. Sampai akhirnya kitab tersebut dikembalikan.
           Dengan saran dan bimbingan dari Pak Bambang, Insya Allah, saya akan mencoba untuk mempelajari dan mengetik ualng kitab tersebut. Semoga menjadi awal yang baik untuk pembelajaran saya dalam menulis. Sehubungan karena saya baru memulai menulis 2 minggu yang lalu. Bismillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar